https://tribratanews.lampung.polri.go.id. Jakarta. Studi terbaru mengungkap bahwa karyawan dengan gaji kecil berisiko tinggi mengalami sakit jantung atau penyakit kardiovaskular lainnya. Kondisi ini diakibatkan karena pola tidur yang tidak sehat.
Seperti dilansir dari Health Line pada, Rabu (8/8/23), penelitian ini menggunakan data 111.205 peserta dari empat negara di Eropa. Status ekonomi menjadi parameter penilaian, diklasifikasikan menjadi bergaji kecil, menengah, dan besar. Tingkat pendidikan juga dicatat.
Adapun itu, durasi tidur pun menjadi data lain yang dicatat dalam penelitian ini. Di mana tidur normal dikategorikan antara 6 hingga 8,5 jam. Kurang dari itu diklasifikasikan menjadi kurang tidur, dan yang lebih dari 8,5 jam disebut tidur panjang.
Peneliti ini juga menanyai apakah koresponden punya riwayat penyakit jantung dan stroke atau tidak. Hasil studi menunjukkan bahwa kelompok kurang tidur dikaitkan dengan risiko penyakit jantung karena bekerja melebihi batas normal.
"Orang yang bekerja di luar jam kerja, tinggal di lingkungan yang kurang layak, atau mengalami kesulitan di masa kanak-kanak, memiliki prevalensi gangguan tidur yang lebih tinggi," ujar Ahli Jantung di Memorial Care Heart & Vascular Institute, dr. Sanjiv Patel, Rabu (9/8/23).
"Ini jadi salah satu alasan orang dengan gaji kecil memiliki lebih banyak masalah jantung," imbuhnya.
Peneliti juga menyimpulkan orang yang status sosial ekonominya rendah, mereka cenderung kurang tidur. Jika kebiasaan ini dibiarkan bisa menyebabkan masalah jantung di kemudian hari.
"Studi ini pada dasarnya menyimpulkan bahwa jam tidur yang sedikit berdampak buruk pada kesehatan seseorang. Salah satu yang disorot adalah risiko penyakit jantung dan kemungkinan adanya korelasi di antara dua faktor itu sangat masuk akal," jelasnya.
Kendati demikian, kurangnya tidur tidak menjamin seseorang berisiko tinggi sakit jantung dengan sendirinya. Pada kondisi kurang tidur, bukan hanya sakit jantung yang meningkat, tapi kesehatan secara keseluruhan.