TribrataNewspolriLampung-Kapolri Jenderal Listyo Sigit
Prabowo secara resmi membuka Bhayangkara Mural Festival 2021 di Lapangan
Bhayangkara, Kompleks Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Sabtu
(30/10).
Di
awal sambutannya, Kapolri menyampaikan bahwa rangkaian kegiatan Bhayangkara
Mural Festival 2021 ini menggelorakan semangat Hari Sumpah Pemuda, sekaligus
bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) Humas Polri ke-70.
“Tadi
Kadiv Humas sampaikan bagaimana start awal bahwa pada saat dibuka yang
mendaftar hanya 18. Karena ada isu bahwa nanti kalau peserta kemudian ikut, ini
cara polisi untuk tahu identitas peserta, dan nanti mereka berpikiran bisa
terkuak dan pasti ditangkap. Awalnya muncul pemikiran peserta begitu,” kata
Kapolri.
Setelah
disampaikan bahwa para peserta diberikan kebebasan untuk menuangkan karyanya
baik yang bersifat positif maupun negatif, akhirnya para pendaftar melonjak
hingga 803 orang. Setelah disaring di tingkat Polda jajaran maka sebanyak 80
tim mural diberi kesempatan untuk memamerkan karyanya di Lapangan Bhayangkara.
Dalam
kesempatan ini, Kapolri menekankan bahwa konteks kebebasan berekspresi sudah
diatur di dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 28 dan juga ditegaskan dalam UU
9/1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum.
Aturan
inilah, dikatakan Kapolri yang menjadi pembeda pada saat era sebelum reformasi
dan pasca reformasi yang memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk menyampaikan
ekspresi dan aspirasinya.
Lebih
lanjut, Kapolri mengatakan, sebagaimana arahan Presiden Jokowi bahwa Indonesia
adalah negara yang demokratis dan sangat menghargai kebebasan berekspresi maka
Polri memegang teguh apa yang diarahkan oleh Presiden.
“Sehingga
tentunya Bhayangkara Mural Festival 2021 ini adalah bukti bahwa kami
menghormati kebebasan berekspresi,” tekan Kapolri.
Bahkan,
Kapolri menyampaikan, sub tema dalam festival mural yang diadakan ini
dikhususkan untuk memberikan ruang kritik bagi institusi Polri. Menurut mantan
Kapolda Banten ini, hal itu digunakan Polri untuk melihat feedback dari
persepsi masyarakat tentang Polri. Masukan yang positif menjadi motivasi,
sementara yang negatif menjadi bahan refleksi, instrospeksi untuk merubah menjadi
lebih baik.
Tak
hanya itu, Kapolri menantang, para peserta untuk tidak segan-segan menuangkan
karyanya untuk melakukan kritik bagi Polri. Hal ini, ditegaskan Kapolri untuk
menepis isu kalau Polri melakukan pemetaan terhadap muralis jika nantinya melukis
mural di lapangan yang bernada kritik.
“Jadi
di kesempatan ini kita sampaikan kepada rekan-rekan muralis, nanti yang
gambarnya bagus, tentunya akan ada dewan juri khususnya tentang kritik Polri,
kalau itu gambarnya paling pedas itu akan juga akan kami terima, dan saya
jamin, yang berani menggambar itu akan jadi sahabatnya Kapolri jadi temannya
Kapolri,” tekan Listyo Sigit Prabowo.
Menurut
Kapolri, dengan adanya mural kritik, hal itu merupakan bentuk aspirasi dari
masyarakat tentang memberikan gambaran tentang institusi Polri saat ini.
Sehingga, nantinya akan dilakukan evaluasi dan pembenahan internal, guna
menjadi lebih baik dan diharapkan masyarakat lagi.
"Kami
institusi Polri menginginkan bahwa masyarakat bisa memberikan gambaran kepada
kami tentang bagaimana persepsi masyarakat tentang Polri. Sehingga kami tiap
hari bisa membenahi institusi, sehingga kita bisa siapkan institusi ini,
personel-personel kami jadi lebih baik. Jadi Polri yang dipercayai publik,
Polri yang dicintai masyarakat," tutur Kapolri.
Lebih
jauh, Kapolri mengungkapkan bahwa, diselenggarakannya festival mural ini muncul
setelah adanya peristiwa '404 Presiden Jokowi Not Found'. Kemudian hal itu
menjadi polemik karena ada oknum yang menghapus mural, tapi ada juga yang
membiarkan.
Sebab
itu, dengan adanya festival mural dengan peserta diizinkan berekspresi sebebas
mungkin hingga kritik pedas, Kapolri menegaskan, ini adalah wujud dari
Pemerintah dan Polri tidak anti-kritik yang membangun dari masyarakat.
Meski
begitu, untuk memberikan kebebasan berekspresi di ruang terbuka harus tetap
menjaga norma dan aturan serta nilai yang ada. Misalnya dengan menyalurkan di
ruang-ruang telah disediakan seperti yang dilakukan oleh Polda Jawa Barat dan
Jawa Tengah, dengan menyiapkan ruang mural.
"Ide
ini muncul dari diskusi, karena muncul peristiwa 404 Presiden Jokowi Not Found.
Kemudian ada aksi di lapangan yang menjadi polemik, ada yang menghapus, ada
juga yang membiarkan. Jadi kali ini kita sampaikan bahwa Pemerintah, Polisi
tidak anti-kritik," tegas Kapolri.
Kapolri
pun mengapresiasi partisipasi masyarakat yang menyambut baik kegiatan ini. Ia
juga mengucapkan terima kasih kepada peserta telah menyampaikan kritikan yang
membangun untuk Polri.
"Tentunya
ini jadi kebanggaan kami bahwa ternyata kawan-kawan tidak takut dan berani
tampil. Gambar yang positif, negatif, silahkan. Kami akan menghargai betul.
Sekali lagi, kritik, memberi masukan, positif, negatif juga boleh, akan jadi
teman pak Kapolri," tutur Kapolri.
Dalam
kesempatan ini, Kapolri juga menyempatkan secara langsung menyapa secara
virtual dengan Polda Jawa Barat, Gubernur Jawa Tengah, Mahasiswa IPB, Polda
Jawa Tengah, perwakilan dari Gorontalo, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Mereka
menyampaikan apresiasi kepada Kapolri telah menyelenggarakan festival mural
untuk menyatakan pendapat. Bahkan, masyarakat pun menyambut sangat antusias
acara ini.