https://tribratanews.lampung.polri.go.id. Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Stunting pada anak merupakan kondisi gagal tumbuh yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis. Stunting pada anak tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak diatasi, kondisi ini dapat mengganggu perkembangan otak serta menurunkan kemampuan mental dan tingkat kecerdasan anak.
Anak dikatakan mengalami stunting jika memiliki tinggi badan yang lebih pendek daripada anak lain seusianya, atau tinggi badan anak berada di bawah standar kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), dilansir dari alodokter.
Pada tahun 2020, Indonesia menempati posisi ke-2 untuk jumlah stunting terbanyak di Asia Tenggara. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sekitar 1 dari 3 balita Indonesia mengalami stunting.
Penyebab Stunting pada Anak
Stunting terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1.000 hari pertama kehidupannya, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, persalinan, penyusuan, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
Selain karena nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik serta kebersihan lingkungan yang buruk sehingga anak sering terkena infeksi.
Ciri-Ciri Stunting pada Anak
Ciri-ciri umum stunting pada anak dapat terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2 tahun, atau lebih pendek daripada anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama.
Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus. Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Namun perlu diingat, tidak semua anak yang pendek disebut stunting.
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, berikut adalah beberapa ciri-ciri stunting pada anak:
1. Mengalami penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar
2. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi
3. Berisiko mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas ketika dewasa nanti
Seluruh ciri-ciri anak stunting tersebut adalah dampak dari kurangnya nutrisi, seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Berbagai penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah.
Mencegah Stunting pada Anak
Gangguan tumbuh kembang akibat stunting bersifat menetap, yang artinya tidak dapat diatasi. Namun, kondisi tersebut sangat bisa dicegah, terutama pada saat 1.000 hari pertama kehidupan anak.
Berikut adalah beberapa cara mencegah stunting pada anak:
1. Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat besi, asam folat, dan yodium.
2. Lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif kepada anak.
3. Lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan penerapannya.
4. Biasakan berperilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah anak terkena penyakit infeksi, seperti mencuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau buang air kecil, dan mencuci peralatan makan dengan sabun cuci piring.
Selain itu, orang tua juga perlu memeriksakan anak ke Posyandu atau Puskesmas secara rutin. Hal ini dilakukan agar kenaikan berat badan dan tinggi badan anak dapat dipantau untuk kemudian dibandingkan dengan kurva pertumbuhan dari WHO.
Pemeriksaan rutin tersebut dianjurkan untuk dilakukan setiap bulan bagi anak berusia di bawah 1 tahun dan setiap 3 bulan bagi anak berusia 1–2 tahun.
Selain untuk memantau tinggi badan dan berat badan anak, pemeriksaan rutin ini juga diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya infeksi pada anak, seperti cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare berulang.
Stunting pada anak adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa diperbaiki, tetapi penanganan sedini mungkin tetap penting untuk dilakukan agar kondisi anak tidak semakin parah. Jika anak terlihat lebih pendek daripada anak-anak seusianya, jangan ragu untuk membawanya ke dokter.