Saksi sejarah Lampu Suar, Jejak Dahsyatnya Letusan Krakatau di Bandar Lampung

02/09/2023 07:56:00 WIB 1.509

https://tribratanews.lampung.polri.go.id.      DIKISAHKAN, letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda pada 26 Agustus 1883 sangat dahsyat. Abu vulkanik yang membumbung tinggi ke angkasa, konon mencapai London, ibukota Inggris.

Bahkan, letusan Krakatau menimbulkan tsunami setinggi 2 meter. Sejumlah literatur menyebutkan, akibat letusan Gunung Krakatau yang disusul bencana tsunami itu menyebabkan puluhan ribu, bahkan ada yang memperkirakan ratusan ribu warga Banten dan Lampung , kehilangan nyawa.

Permukiman penduduk di dua provinsi tersebut pun, terutama yang berada di tepi pantai, habis tersapu oleh tsunami. Bencana alam dahsyat ini membuat Hindia Belanda (Indonesia kala itu) dan dunia berkabung.

Letusan Gunung Krakatu pada 1883 bukanlah yang pertama. Gunung berapi ini pernah meletus pada 1680, namun hanya menghasilkan lava andesitik asam. Lalu pada 1880, Gunung Perbuwatan, gunung api di sebelah Krakatau aktif mengeluarkan lava meskipun tidak meletus.

Setelah itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Puncaknya terjadi pada 26 Agustus 1883, Krakatau meletus, mengempaskan semua energi dan material yang dikandungnya.

Jejak dahsyatanya letusan Gunung Krakatau dibuktikan dengan benda-benda laut yang terlempar sangat jauh hingga ke tengah-tengah kawasan permukiman penduduk di Telukbetung, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung

Benda-benda berupa rambu laut dan lampu mercusuar yang semula berada di tepi pantai tersebut terlempar jauh ke tengah kota. Salah satu lampu suar yang diempaskan oleh dahsyatnya letusan Krakatau ditemukan di Kampung Upas, Teluk Betung.

Rambu laut itu semula berada di Pelabuhan Gudang Agen yang berjarak sekitar 1,2 kilometer dari Kampung Upas. Untuk mengingat peristiwa dahsyat itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan Monumen Krakatau dengan ornamen utama rambut laut tersebut pada sekitar 1884-1885.

Monumen ini berada di tengah-tengah Taman Dipangga, Jalan WR Supratman, Telukbetung Selatan, Kota Bandar Lampung, tepat di depan Mapolda Lampung. Di bagian sisi monumen berhiaskan relief yang menceritakan peristiwa dahsyat lebih dari satu setengah abad lampau tersebut.

masyarakat kala itu berbondong-bondong mengungsi dengan membawa barang-barang yang diletakkan di atas kepala. Kemudian, ada juga gambar relief Krakatau meletus dan kehidupan masyarakat di pesisir pantai.

Jarak laut dengan lokasi ini cukup jauh, sekitar 45 kilometer lebih dari Gunung Krakatau di Selat Sunda. Taman Dipangga tempat monumen mercusuar itu pun berada di dataran tinggi. Ini membuktikan dahsyatnya letusan dan tsunami Krakatau pada 1883.

Selain di Kampung Upas, terdapat pula rambu laut yang terlempar hingga Kampung Talang, Kecamatan Telukbetung Selatan. Kemudian jangkar dan lampu suar yang kini disimpan di Museum Negeri Lampung, Jalan ZA Pagar Alam.

Dulu juga ada kapal dagang Belanda, berukuran panjang 20-an meter yang terdampar sampai Sumur Putri, 2 kilometer dari bibir pantai di Gudang Agen. Namun kapal tersebut kini sudah tidak ada karena material kapal, seperti besi dan kayu dimanfaatkan masyarakat untuk dijual.

Share this post