Yang Luput Perhatian Publik dari Tragedi Kanjuruhan

03/10/2022 11:41:00 WIB 102

https://tribratanews.lampung.polri.go.id Bagi para suporter Aremania, stadion Kanjuruhan menjadi tempat yang sakral.

Selama 23 tahun Arema FC tidak pernah kalah saat berhadapan dengan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang. Namun laga pada Sabtu malam, 1 Oktober stadion kebanggan itu jadi saksi kekalahan tim kesayangan mereka.

Rekor 23 tahun tak pernah kalah dari Persebaya itu, dapat dipecahkan oleh "Tim Bajul Ijo" besutan pelatih Aji Santoso (pelatih lokal terbaik liga 1 tahu lalu).

Tim asuhan Aji Santoso itu berhasil memecahkan telor dengan meraih kemenangan 3-2 atas Arema FC di stadion Kanjuruhan yang dianggap sakral oleh para suporter Aremania.

Kemenangan Persebaya atas Arema FC 3-2 itu, membuktikan janji Ajj Sontoso sebelum laga kedua tim itu berlangsung. Aji Santoso berjanji akan mematahkan rekor 23 tahun kekalahan Persebaya atas Arema FC di Stadion Kanjuruhan, Malang dalam laga pada Sabtu (1/10/2022) malam itu.

Sebaliknya, pelatih Arema Javier Roca menganggap beban rekor tak pernah kalah saat menjamu Persebaya selama 23 tahun sebagai beban. Ia pun bertekad untuk mempertahankan sekuat tenaga untuk mempertahankan rekor tak pernah kalah.

Hasil pertandingan ternyata Arema FC menelan pil pahit kalah dari Persebaya. Kekalahan itu terjadi di depan para pendukung panatiknya, Aremania.

Tim Singo Edan besutan Javier Roca, gagal total mempertahankan rekor kemenangan selama 23 tahun lawan Persebaya di Stadion kebanggaan para Aremank.

Kecewa karena tim kesayangan menelan kekalahan dari lawannya merupakan sesuatu yang wajar. Namun menjadi tidak wajar bahkan berakibat buruk, bila kekecewaan itu dilampiaskan dengan perilaku atau tindakan anarkhis. Apa lagi sampai mengejar dan mengancam para pemain. Tindakan anarkhis seperti itu tidak bisa dibenarkan.

Oleh karena itu wajar pula bila kemudian personel kepolisian bertindak segera untuk menghentikan aksi anarkhis sebagian suporter Aremania yang meyerbu kedalam lapangan hijau dan mengejar para pemain usai laga Arema FC kontra Persebaya.

Polisi punya alasan juga kemudian menggunakan gas air mata untuk menghalau tindakan anarkhis sebagian suporter Aremania itu. Walaupun aturan FIFA melarang penggunaan gas air mata untuk menghalau tindakan anarkhis para suporter di stadion.

Dalam peristiwa tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan hilangnya nyawa 130 orang suporter dan korban luka, kita mesti bersikap fair play pula. Kita tidak bisa hanya menyudutkan personel polisi yang bertugas mengamankan situasi yang anarkhi, walaupun menggunakan gas air mata saat menghalau para suporter Aremania yang turun dari tribun kemudian hendak "menyerbu" para pemain karena rasa kecewa dan tidak terima atas kekalahan.

Perilaku anarkhis para suporter juga harus menjadi titik perhatian publik. Mengapa suporter bisa melampiaskan kekecewaan atas kekalahan tim kesayangannya itu kemudian harus menimbulkan tindakan anarkis. Bukankah kalah dan menang dalam pertandingan sepak bola adalah sesutu yang biasa saja.

Polri juga perlu mengusut sampai tuntas tindakan anarkhis sebagian suporter di stadion Kanjuruhan usai pertandingan. Polri perlu mengusut apakah tindakan anarkhis sebagian suporter itu ditimbulkan oleh adanya provokator yang memanas-manasi suporter Aremanis bertindak anarkhis hingga berakibat jatuh korban jiwa. Di samping juga perlu ada evaluasi penggunaan gas air mata di stadion Kanjuruhan.

Pengusutan menyeluruh dan komprehensif oleh Polri atas tragedi Kanjuruhan itu sangat perlu dan harus sesegera mungkin dilakukan. Siapa pun yang melanggar aturan harus ditindak demi keadilan dan kemajuan persepakbolaan di Tanah Air.

Share this post