Istri Kenang Sosok AKP Anumerta Lusiyanto: Polisi Sederhana yang Santun, Rajin Ibadah, dan Dekat dengan Warga

22/06/2025 17:25:00 WIB 326

tribratanews.lampung.polri.go.id. Lampung - Istri almarhum AKP Anumerta Lusiyanto, Nia, mengenang suaminya sebagai sosok polisi hidup sederhana, bersahaja, namun penuh semangat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelindung dan pengayom masyarakat.

AKP Lusiyanto saat menjabat sebagai Kapolsek Negara Batin, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung dikenal masyarakat sebagai polisi yang ramah, religius, dan dekat dengan warga. Kata Nia, meski tinggal di asrama polisi bersama keluarga dengan kehidupan yang serba sederhana, suaminya tak pernah setengah hati dalam bertugas.

“Beliau itu sosok yang sangat santun, selalu mengedepankan cara-cara manusiawi dalam menyelesaikan masalah masyarakat. Kalau ada warga yang terkena musibah seperti banjir atau kematian, beliau pasti datang langsung memberi santunan atau sekadar memberikan pelukan hangat,” ujarnya, Sabtu (22/6/2025).

Tak hanya dalam tugas, keteladanan AKP Lusiyanto juga tampak dalam keseharian. Ia dikenal rajin beribadah, sering mengumandangkan azan di masjid, dan terbiasa berpuasa Senin-Kamis. Kebiasaan religius itu, kata Nia, sudah ia lakukan sejak remaja.

“Beliau memang terbiasa hidup disiplin sejak kecil, patuh pada orang tua dan sangat dekat dengan kakak-kakaknya, apalagi beliau anak bungsu dari dua belas bersaudara. Nama Lusiyanto itu sendiri diberi karena beliau anak ke-12, selusin, begitu kata orang tuanya,” kenangnya dengan mata berkaca-kaca.

AKP Lusiyanto merasa bahagia saat dipindah tugaskan ke Polsek Negara Batin karena lebih dekat dengan kampung halamannya di Desa Sumberhardjo, OKU Timur. Sania menyebut, hampir setiap akhir pekan, suaminya menyempatkan diri pulang untuk menemui keluarganya.

Namun kebahagiaan itu sirna pada 17 Maret 2025. AKP Lusiyanto tewas tertembak dalam penggerebekan arena sabung ayam di Negara Batin. Saat kejadian, ia tengah menjalankan ibadah puasa Ramadan bersama dua anggotanya, Petrus dan Ghalib, yang juga gugur dalam insiden tersebut.

“Waktu itu kami seperti disambar petir di siang bolong. Hancur hati kami ketika mendengar beliau meninggal dalam tugas. Anak kami satu-satunya, perempuan, masih kuliah di Tangerang. Kami sangat terpukul,” katanya.

Diketahui, insiden penembakan tersebut dilakukan oleh dua oknum anggota TNI, yakni Basarsyah dan Lubis. Awalnya, keduanya hanya berstatus saksi, yang sempat membuat keluarga kebingungan mencari keadilan. Namun dalam waktu singkat, perhatian publik pun tertuju pada kasus ini.

“Alhamdulillah, kami kemudian didatangi utusan dari Kapolri, Kapolda Lampung, Komnas HAM, LPSK, dan DPR RI Komisi I dan III. Mereka menyatakan siap mengawal kasus ini agar tidak ada yang ditutup-tutupi. Mereka bahkan meminta pelaku dihukum seberat-beratnya, yakni hukuman mati,” tegas Sania.

Demi mendapatkan keadilan, pihak keluarga juga menemui pengacara Hotman Paris. Lewat kuasa hukumnya, Putri Maya Romanti keluarga mendorong agar pelaku dijerat dengan pasal pembunuhan berencana (Pasal 340 KUHP), perjudian (Pasal 303 KUHP), dan Undang-Undang Darurat atas kepemilikan senjata rakitan.

“Sekarang kami hanya ingin satu: keadilan. Bukan hanya untuk suami saya, tapi juga untuk Pak Petrus dan Ghalib. Mereka semua gugur saat menjalankan tugas negara,” tutup Sania.

Share this post