https://tribratanews.lampung.polri.go.id. LAMPUNG -- Mudik lebaran tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Mudik menjadi tradisi yang dilakukan untuk melepas rindu dengan kampung halaman.
Namun, untuk melaksanakan tradisi mudik ini, masyarakat perlu menghitung dengan cermat anggaran apa saja yang harus dipersiapkan.
Mudik membutuhkan dana yang ekstra dibandingkan perjalanan jauh seperti biasanya.
Dilansir dari berbagai sumber, perencana keuangan Rista Zwestika menyebutkan, sebenarnya tidak ada aturan baku dalam menyusun anggaran mudik.
Menurutnya, hal tersebut tergantung beberapa faktor seperti, skala kegiatan, kemampuan keuangan dan tujuan mudiknya.
"Pertama tentukan dahulu tujuan mudiknya," kata Head Advisory and Investment Operation PINA tersebut, beberapa waktu lalu.
Tujuan mudik ini diantaranya, mudik untuk silaturahmi dengan keluarga, berlibur, atau mengurus keperluan pribadi.
Anggaran yang diperlukan ketika mudik sederhana yang hanya bertujuan untuk silaturahmi adalah 10-15 persen dari pendapatan.
Sedangkan mudik untuk tujuan berlibur mungkin membutuhkan alokasi yang lebih besar atau berkisar 20-25 persen dari pendapatan.
Sementara itu, mudik dengan tujuan untuk mengurus keperluan pribadi perlu alokasi biaya hingga 30-35 persen dari pendapatan.
Kemudian biaya transportasi yang menjadi pengeluaran terbesar saat mudik. Mudik dengan transportasi seperti pesawat atau kereta api butuh perencanaan dan pemesanan tiket jauh hari agar mendapatkan harga yang murah.
Selanjutnya, biaya akomodasi yang meliputi biaya tempat tinggal selama mudik.
"Biaya makan ketika mudik juga perlu diperhatikan. Sebagian masyarakat mungkin ingin makan bersama di restoran ketika menempuh perjalanan mudik," ujarnya.
Selain biaya-biaya di atas, kerap kali pemudik juga menyiapkan beberapa hal lain seperti oleh-oleh, hiburan, dan cenderamata untuk keluarga di kampung halaman.