https://tribratanews.lampung.polri.go.id BANDARLAMPUNG - Kenaikan harga beras yang terjadi hampir setiap pekan terus mengakibatkan dampak signifikan.
Kali ini, dampak kenaikan harga beras berimbas pada pedagang nasi uduk di Bandar Lampung.
Pedagang nasi uduk, Sofi, yang memiliki lapak di tepi jalan utama Teuku Cik Ditiro, di Kelurahan Beringin Raya, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, mengeluhkan penurunan porsi nasi bungkusnya meskipun harga beras tetap tinggi.
"Sekarang porsi nasi uduk kami kurangi hampir setengahnya, meskipun harga tetap 6 ribu. Tidak cukup untuk dijual seperti biasa," ujar Sofi pada Rabu, 21 Februari 2024.
Meskipun terpaksa mengurangi porsi, Sofi ragu menaikkan harga nasi uduknya karena khawatir kehilangan pelanggan.
"Sebagian besar pelanggan saya adalah orang biasa. Jika saya menaikkan harganya, mereka mungkin tidak mau mampir karena dianggap mahal," tutur Sofi.
Kenaikan harga minyak goreng dan bumbu dapur juga menambah biaya produksi nasi bungkus.
"Kini saya hanya menyediakan setengah dari biasanya, takut tidak laku," kata Sofi, yang juga menyediakan gorengan.
Keluhan serupa datang dari pelanggan, Dedi Irawan, yang kini harus membeli dua bungkus nasi uduk untuk satu kali makan.
"Saya sering beli di sini karena harganya murah dan porsinya besar. Tapi sekarang butuh dua bungkus untuk sekali makan," kelakar Dedi Irawan.
Meski menyadari pengurangan porsi nasi bungkus, Dedi mengakui bahwa hal ini disebabkan oleh kenaikan harga beras di pasaran.
"Ya gimana lagi, harga beras mahal. Kalau begini, kita orang kecil yang jadi korban," keluh pengemudi truk tersebut.
Kenaikan harga beras di pasaran telah terjadi sejak sebulan lalu dan terus merangkak naik menjelang bulan Ramadhan.
Operasi pasar diharapkan dapat segera dilakukan untuk menekan inflasi akibat kenaikan harga beras yang semakin tidak terkendali.