TribrataNewsPolriLampung-Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membuka lomba
orasi unjuk rasa di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (10/12/2021).
Kegiatan ini, juga dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM)
se-Dunia yang jatuh pada hari ini.
Dalam kesempatan itu,
Sigit mengungkapkan bahwa, diselenggarakannya lomba yang memperebutkan Piala
Kapolri 2021 itu merupakan wujud dari komitmen Polri dalam menjunjung tinggi
HAM dan nilai-nilai dalam sistem demokrasi di Indonesia. Salah satunya adalah
memberikan wadah untuk masyarakat dalam menyampaikan ekspresi dan pendapatnya.
"Dalam kesempatan
hari HAM ini kami, Polri, berusaha memberikan suasana lain dengan
menyelenggarakan lomba unjuk rasa Piala Kapolri tahun 2021. Kegiatan kali ini
merupakan komitmen dari Polri dalam menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
nilai-nilai demokrasi dengan memberikan wadah atau ruang dalam menyampaikan
aspirasi," kata Sigit.
Mantan Kapolda Banten ini
menekankan, kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan bagian dari hak
asasi manusia yang diberikan perlindungan secara universal serta diatur dalam
UUD 1945 maupun Undang-Undang (UU).
"Perkenankan saya
mengucapkan hari HAM se-dunia yang mengusung tema Reducing Inequalities,
Advancing Human Right atau kesetaraan yang memajukan hak asasi manusia. Dengan
momentum peringatan hari hak asasi manusia se-dunia ini kita dapat berperan
aktif menjunjung tinggi hak asasi manusia khususnya untuk kemajuan Bangsa
Indonesia," ujar eks Kabareskrim Polri itu.
Semangat digagasnya ide
lomba orasi unjuk rasa, kata Sigit berangkat dari munculnya beberapa fenomena
di masyarakat yang berdampak pada menurunnya indeks persepsi hak asasi manusia
di Indonesia. Misalnya seperti diamankannya peserta unjuk rasa saat adanya
kunjungan kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Blitar, Solo dan Cilacap.
Kemudian, adanya
penghapusan mural-mural yang merupakan ekspresi masyarakat. Seperti 'Jokowi
404: Not Found' hingga 'Dipaksa Sehat di Negara Sakit'. Fenomena itu berkembang
di masyarakat sehingga memengaruhi soal persepsi hak asasi manusia.
"Hal ini tentunya
menurunkan indeks persepsi terkait dengan kebebasan berpendapat atau kebebasan
di dalam masyarakat untuk memberikan ekspresi dan pendapat yang dilindungi oleh
undang-undang," ucap Sigit.
Menurut Sigit, penurunan
indeks persepsi terhadap HAM itu salah satu faktor penyebabnya adalah adanya
masalah sumbatan komunikasi. Yang dimana, masyarakat pada dasarnya hanya ingin
menyampaikan aspirasinya. Namun, disisi lain, pihak berwenang hendak menjalankan
tugasnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Oleh sebab itu, kata
Sigit, lomba orasi unjuk rasa ini sekaligus momentum untuk memberikan edukasi
dan sosialisasi terhadap masyarakat maupun aparat terkait dengan pemenuhan hak
asasi manusia dalam menyampaikan kebebasan berpendapat.
"Oleh karena itu di
lapangan sering terjadi perbedaan dalam hal menanggapi. Di satu sisi masyarakat
ingin menyampaikan ekspresi, namun di sisi lain tentunya kita juga melihat
bahwa ekspresi ini kemudian dinilai oleh anggota akan berdampak dan ada risiko
yang mengganggu stabilitas kamtibmas. Tentunya hal ini yang kemudian kita akan
edukasi, kita berdayakan. Sehingga pada saat masyarakat melaksanakan hak
kebebasan ekspresinya, salah satunya adalah unjuk rasa tetap bisa berjalan
dengan baik. Namun ada satu hal yang harus kita jaga adalah bagaimana kemudian
kegiatan tersebut tidak ditunggangi oleh kepentingan-kepentingan yang akan
mengarah pada hal-hal yang mengganggu stabilitas keamanan," papar Sigit.
Sigit juga menyinggung pesan
dari Presiden Jokowi saat memberikan sambutan Apel Kasatwil beberapa waktu lalu
terkait dengan penurunan indeks persepsi hak asasi manusia. Ketika itu, Jokowi
memberikan pesan kepada Polri untuk melaksanakan pendekatan persuasif,
dialogis, menghormati kebebasan berpendapat dan menyerap aspirasinya.
"Tentunya arahan
dari Bapak Presiden kita tindaklanjuti dengan melakukan langkah-langkah yang
akan memberikan edukasi pembelajaran bagi kita semua. Sehingga
sumbatan-sumbatan komunikasi yang ada itu, kemudian bisa terbuka antara petugas
di lapangan dan seluruh masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan
berekspresinya dapat terjalin komunikasi," tutur Sigit.
Disisi lain, Sigit
mengungkap alasan lomba unjuk rasa ini diselenggarakan di Tugu Proklamasi. Hal
itu merupakan bentuk penghormatan dari Founding Father Indonesia seperti Ir.
Soekarno dan Mohammad Hatta. Apalagi, mereka juga dikenal sebagai orator yang
selalu mengobarkan semangat perjuangan Bangsa Indonesia.
"Dan tentunya hal
ini juga yang kami harapkan dapat mengilhami rekan-rekan semua untuk bisa
mengobarkan dan membangkitkan Semangat perjuangan HAM di Indonesia di kegiatan
peringatan Hari HAM sedunia ini," kata Sigit.
Tak lupa, Sigit
menyampaikan apresiasi kepada Komnas HAM, Kompolnas, elemen buruh, aktivis HAM,
mahasiswa dan seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan lomba orasi unjuk
rasa ini. Kegiatan ini, juga dinilai oleh dewan juri yang memiliki kapabilitas
dan kompetensi.
Lomba orasi unjuk rasa
ini, kata Sigit, sangat disambut baik oleh masyarakat. Hal itu terbukti dari
antusias peserta yang awalnya berjumlah 2.041. Kemudian dalam tahap proses
seleksi menjadi 243 tim dan dipilih kembali dengan enam tim terbaik.
"Tentunya dalam
kesempatan ini kita memberikan sub tema yang bebas, jadi seluruh rekan-rekan
boleh memberikan kritikan saran masukan baik kepada Pemerintah, Kementerian,
dan lembaga yang mungkin rekan-rekan rasa perlu dikritik, khususnya polisi.
Jadi kami memang ingin, bahwa kegiatan ini tentunya akan menjadi evaluasi bagi
kita semua, evaluasi bagi kami untuk bisa mendengar apa yang dirasakan oleh
masyarakat dan tentunya itu menjadi bagian evaluasi yang akan terus kita
perbaiki," tutup Sigit.