TribrataNewsPolriLampung –Lampung--
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan pengarahan di Polda Lampung
jajaran terkait dengan seputaran situasi keamanan dan ketertiban masyarakat
(sitkamtibmas), penanganan covid-19 hingga soal transformasi Polri yang
Presisi.
Dalam kesempatan itu,
Sigit menekankan, seluruh personel kepolisian harus mau turun ke lapangan, guna
menyerap aspirasi dan harapan serta kemauan dari masyarakat. Dengan mendengar
langsung keinginan dari warga, hal itu bisa dijadikan bahan evaluasi atau acuan
untuk mewujudkan Korps Bhayangkara yang semakin dipercaya serta dicintai oleh
warga.
"Datang ke
masyarakat dengarkan apa yang mereka inginkan. Bila perlu kumpul masyarakat
tingkat Polsek, Polres, Polda. Sehingga tahu apa yang harus ditingkatkan. Akan
muncul trust dari masyarakat," kata Sigit dalam pengarahannya di Polda
Lampung, Selasa (11/1/2022).
Dalam hal ini, instruksi
dan arahan yang diberikan bukan hanya harus dijalankan oleh Polda Lampung.
Melainkan, seluruh Polda dan personel kepolisian dimanapun harus melakukan hal
tersebut.
Demi semakin meningkatkan
kepercayaan masyarakat, mantan Kapolda Banten itu menegaskan untuk pelayanan
publik harus terus ditingkatkan menjadi jauh lebih baik. Sigit tak ingin
mendengar adanya pelayanan yang tidak sesuai harapan masyarakat.
Sigit menyebut, dalam
semangat Polri yang Presisi, pelayanan terhadap masyarakat tidak boleh adanya
perbedaan, dilakukan dengan cepat, ramah dan humanis. Dengan begitu, kata
Sigit, kepolisian akan mendapatkan doa dan apresiasi dari warga yang mana itu
akan berdampak pada organisasi Polri secara keseluruhan.
"Layani dengan cepat
pengaduan. Sehingga masyarakat mengetahui kita melakukan respons apa yang
mereka keluhkan. Cek apakah itu berjalan atau belum. Karena ini tidak mudah.
Mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan," ujar mantan Kabareskrim Polri
itu.
Semua upaya tersebut,
menurut Sigit, harus dikomandoi dengan sosok yang memiliki jiwa kepemimpinan
yang kuat dan pengawasan sistem yang ketat untuk menghindari adanya
penyimpangan oknum kepolisian yang tidak menjalankan tugas sesuai dengan
aturan.
"Ini butuh suatu
kepemimpinan, pengawasan sistem yang ketat. Kita tak ingin anggota kita selama
ini telah bekerja keras kemudian ada masalah hanya gara-gara kita tak
memberikan bimbingan. Sehingga salah jalan terpengaruh lingkungan salah terus
menjadi korban. Apalagi pelanggaran itu dilakukan bersama dan
terorganisir," ucap Sigit.
Masih terkait dengan
strategi untuk wujudkan Polri yang diharapkan dekat dan dicintai masyarakat,
menurut Sigit, semangat menuju Polri yang Presisi dapat dilakukan dengan
menciptakan budaya untuk memulai berbuat baik dari hal-hal yang kecil setiap
harinya, baik di level terbawah hingga paling atas.
"Profesionalisme
apabila tak didukung etik yang benar akan terjadi pelanggaran dan
penyalahgunaan wewenang. Ini dampaknya berbahaya bagi Polri. Lakukan perbaikan,
apabila tak mampu bersihkan dan evaluasi. Karena banyak anggota kita yang siap
kerja dan tak rela kalau institusi kita dirusak oknum yang tak bisa memahami
harapan organisasi dan masyarakat," tutur Sigit.
Sigit mengatakan, di era
dewasa ini mau tidak mau, Polri harus melakukan pembenahan dan perubahan untuk
menjadi lebih baik lagi. Untuk saat ini, Sigit menyampaikan, budaya yang kurang
baik selama ini harus dihapuskan dengan mengganti kebiasaan yang jauh lebih
positif.
"Kita berbenah
kenapa anggota melakukan pelanggaran apakah terkait faktor individu yaitu
pemahaman terhadap spiritualnya lemah, pengaruh negatif komunitas, tak mampu
menyesuaikan kondisi yang ada dan gaya hidup yang tak sesuai dengan budaya
organisasi Polri atau dari faktor organisasi yaitu regulasi yang lemah,
kurangnya wawasan literasi, kurang sarana dan prasarana. Budaya yang harus
diperbaiki karena warisan lama mungkin sudah tak cocok. Bukan lagi anak buah
layani pimpinan," papar Sigit.
Terkait penanganan dan
pengendalian Pandemi Covid-19, Sigit memberikan apresiasi kepada seluruh
jajaran kepolisian yang tidak kenal lelah berada di garis terdepan dalam hal
tersebut. Kendati begitu, Sigit tetap mengingatkan untuk tidak abai dan lengah,
apalagi saat ini varian Covid-19, Omicron sudah masuk ke Indonesia.
"Apa yang kita
lakukan selama ini bukan pencapaian akhir, saat ini ada Omicron masuk ke
Indonesia. Omicron lebih cepat lima kali walaupun tingkat fatalitas tidak
setinggi varian Delta," ujar Sigit.
Oleh karenanya, Sigit
meminta agar personel kepolisian untuk terus bersinergi dengan seluruh
stakeholder melakukan percepatan akselerasi vaksinasi terutama pada masyarakat
lanjut usia (lansia) dan anak-anak.
"Langkah-langkah
menuntaskan vaksinasi di beberapa tempat masih belum optimal. Kedua untuk
antisipasi kita siapkan rumah sakit rujukan dan obat-obatan. Saat ini mumpung
masih ada waktunya agar dicek kembali kesiapannya. Penguatan terhadap
pemeriksaan khususnya di penyeberangan. Jemput bola agar saudara-saudara kita
betul-betul sudah di vaksin karena memang peningkatan ini kalau tak bisa
dikendalikan bisa jadi gelombang tiga," jelas Sigit.
Sigit juga mengingatkan
soal kebijakan vaksin booster. Ia berharap, hal ini harus dijadikan kesempatan
untuk semakin menguatkan atau meningkatkan imunitas akan bahaya Covid-19 bagi
masyarakat.
Dalam pengarahannya,
Sigit juga menekankan soal penguatan strategi komunikasi publik, responsif
terhadap peristiwa bencana alam, antisipasi konflik sosial, fenomena kejahatan
konvensional, kesiapan menghadapi Pemilu, mengawal iklim investasi dan
penguatan sinergitas TNI-Polri.