TribrataNewsPolriLampung-Bandar Lampung-Foto Ustaz Royan
Rahmadiyan dan lima anggota polisi memegang poster berisi tuntutan saat
Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Lampung beberapa waktu lalu viral di media
sosial.
Terkait
foto itu, Royan mengatakan bahwa fakta yang terjadi adalah kelima anggota
polisi sedang mengamankan dirinya yang membawa 100 poster dengan enam tema
tuntutan.
"Sedang
mengamankan saya dengan barang bukti 100 poster dengan 6 tema berbeda sesaat
sebelum rombongan Presiden Jokowi melintas di wilayah kabupaten Pesawaran,
Provinsi Lampung, pada hari Kamis, 2 September 2021," kata Royan dalam
video, Rabu (8/9).
Sepengetahuan
Royan, foto tersebut dimaksudkan untuk melaporkan kepada pimpinan masing-masing
bahwa mereka telah berhasil mengamankan dirinya beserta barang bukti poster.
Menurut
Royan, kelima anggota itu justru berjasa karena telah berhasil menggagalkan
aksi yang akan dilakukannya bersama kawan-kawan lainnya.
"Kalau
bukan karena mereka, mungkin saya beserta kawan-kawan peserta aksi lainnya
sudah berhasil membentangkan 100 poster harapan rakyat Indonesia tersebut di
hadapan rombongan presidem Jokowi saat melintas di Kabupaten Pesawaran,"
tuturnya.
Namun,
foto itu ternyata menjadi viral dengan narasi yang berbeda dari fakta yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Atas dasar itu, Royan pun menyampaikan
permintaan maaf kepada kelima anggota polisi itu dan kepada Polda Lampung.
"Maka
sudah menjadi tanggung jawab saya pribadi untuk membuat video klarifikasi ini,
sekaligus juga saya minta maaf kepada saudara-saudara saya kelima polisi yang
ada di foto tersebut pada khususnya dan juga meminta maaf kepada kepolisian
Lampung pada umumnya," ujarnya.
Sebelumnya,
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Zahwani Pandra Arsyad menjelaskan bahwa kelima
anggota Polri itu merupakan bagian dari tim pengamanan rombongan Jokowi.
Saat
itu, ada seorang warga yang membawa sekitar 100 poster dengan berbagai tulisan.
Melihat hal itu, kata Pandra, anggota Polri yang bertugas di lapangan mencoba
melakukan pendekatan persuasif kepada warga tersebut. Pandra juga menyebut
bahwa foto diambil untuk melaporkan peristiwa itu kepada pimpinan mereka.
Namun, foto tersebut justru beredar dengan narasi yang berbeda.
"Namun,
tidak lama justru muncul dan beredar seolah-olah polisi yang melakukan aksi
demo," kata Pandra.