Imbauan Hindari Berkebun: Respons BKSDA Terhadap Serangan Harimau di Lampung Barat

22/02/2024 20:00:00 WIB 1.262

https://tribratanews.lampung.polri.go.id Bandar Lampung - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung mengimbau masyarakat untuk menghindari berkebun.

Kepala SKW III Lampung, Joko Susilo menjelaskan, hal itu dilakukan sebagai upaya menanggapi terjadinya peristiwa petani di Lampung Barat diduga diterkam harimau pada Rabu, 21 Februari 2024.

"Untuk Sementara Hindari aktifitas berkebun untuk beberapa hari ke depan, karena masih dimungkinkan Harimau akan kembali lagi ke lokasi mangsa disembunyikan, jika terpaksa ke kebun jangan bepergian sendirian," ungkapnya, Kamis (22/2/2024).

Lebih lanjut, Joko Susilo juga menyampaikan selain berkebun para warga pun diminta untuk menghindari beraktifitas mulai dari menjelang sore, malam hingga menjelang pagi. Karena, diwaktu inilah harimau aktif berburu.

"Jika bertemu dengan satwa liar seperti harimau, jangan langsung membalikkan badan, hadapi satwa tersebut sambil berteriak apapun yang bisa kita lakukan, lalu mundur pelan pelan, hingga satwa tersebut lepas dari pandangan mata, dan lari sekencang mungkin," jelasnya.

Kemudian, untuk mengantisipasi tidak terjadi kasus serupa dan meredam keresahan masyarakat, Balai KSDA Bengkulu sudah menurunkan tim Wildlife Rescue Unit (WRU) Seksi Konservasi Wilayah III Lampung.

"Dalam rangka upaya untuk melakukan evakuasi satwa liar jenis Harimau sumatera dengan memasang kandang trap dan kamera trap di lokasi kejadian korban ditemukan," pungkasnya.

Sebelumnya, warga Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, harus menghadapi tragedi serangan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang merenggut nyawa dua warganya.

Pada Kamis, 22 Februari 2024, dini hari sekitar pukul 02.00 WIB, Sahri alias S (28) dari Pemangku (Dusun) Peninjauan, Pekon Bumi Hantati, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, menjadi korban fatal.

Awalnya, pada Rabu, 21 Februari 2024, sekitar pukul 17.00 WIB, dua kakak ipar korban mencari S yang sejak pukul 08.30 WIB tidak kembali dari kebunnya. Hanya menemukan tangki semprot rusak milik korban, kekhawatiran pun muncul.

"Pada pukul 02.00 WIB, korban ditemukan dalam jarak sekitar 300 meter dari kebunnya, telah meninggal dunia, dan organ tubuhnya tidak utuh," terang Iptu Edward Panjaitan, Kapolsek Suoh.

Meskipun pencarian dilakukan sejak pukul 17.30 WIB hingga pukul 23.00 WIB di tengah hujan, upaya tim gabungan Polsek Suoh, Resor Kehutanan, Satgas Sahabat Satwa Lembah Suoh, mitra WCS, warga, dan keluarga korban tidak mampu mencegah tragedi tersebut.

"Pada hari Kamis tanggal 22 Februari 2024 sekitar pukul 02.00 WIB ditemukan jasad korban sekitar 300 meter dari kebun korban dalam keadaan meninggal dunia dan organ tubuh sudah tidak utuh," kata Kapolsek Suoh.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh Puskesmas Bandar Negeri Suoh korban meninggal dunia diakibatkan oleh terkaman binatang buas.

"Saat ini korban sudah dibawa ke rumah duka di kediaman milik korban, keluarga sudah ikhlas dan menolak untuk dilakukan autopsi," tandasnya.

Share this post